Selamat Datang di Rumah Kriyah Suryani,,,Layanan Media Pembelajaran Prakarya dan Seni budaya

Minggu, 01 Juli 2018

AKSESORIS PENGANTIN BUGIS MAKASSAR


Pengertian Akssesoris Pengantin
Aksesoris pengantin adalah benda-benda hias yang dirancang khusus berdasarkan khas budaya local daerah yang dikenakan oleh pengantin untuk menambah keindahan sang pengantin dalam resepsi pengantin. 
Dalam dunia busana aksesoris adalah benda-benda yang dikenakan seseorang untuk menambah keindahan bagi pemakainya. 

A. MERIAS PENGANTIN


I. MENATA PENGANTIN WANITA

Tata rias pengantin dari Sulawesi Selatan ini berasal dari daerah bugis yang bersumber dari bekas kerajaan LUWU dibagian utara dan dari daerah Makassar yang bersumber dari daerah bekas kerajaan Gowa pada bahagian selatan. 

Uraian mengenai merias pengantin wanita ini akan dibagi atas :
a. Menata rambut / Sanggul
b. Merias wajah
c. Mengenakan kostum pengantin
d. Mengenakan hiasan / ornament.




A. Menata Rambut :

Cara membuat;
1. Rambut dirapikan / diluruskan sampai ke ujung rambut
  • Basahi seluruh rambut dengan air daun waru. Air daun waru berfungsi sebagai hairspray, yaitu untuk mengeraskan rambut dan menguatkan bentuk sanggul yang akan dibuat. 
  • Rambut dirapikan kembali kea rah belakang, lalup pada bagian depan diberi “minyak patti”. Ini untuk menghitamkan dan mengkilapkan tataan rambut. 
Minyak patti’ terbuat dari daun pisang yang sudah dikeringkan, dibakar dan diayak, lalu dimasukkan kedalam minyak yang mendidih. Minyak ini dimasak kembali dengan Taibani (lilin, wax) sampai kental. 

2. Selain rambut, dahi bagian atas (1/3 dahi) juga diberi minyak patti’ untuk kemudian dibentuk menjadi “DADASA”. Dadasa’ ini adalah hiasan hitam pada dahi yang merupakan bahagian dari tataan rambut pengantin.
Ada dua macam Dadasa’, yaitu :
a. Dadasa’ Mangkasara’ (Makassar)
b. Dadasa’ Bugisi’ ( Bugis)

3. Mengerjakan bagian depan

  • Ambil sebahagian rambut tepat di tengah dahi sampai pada pertengahan kepala, sehingga rambut terbagi dua. Rambut yang diambil tadi diangkat dan dibagi dua pula, lalu disilangkan dari kiri ke kanan sebanyak dua kali. Kemudian ditekan. 
  • Kedua bagian rambut yang telah disilangkan tadi disambung dengan tali hitam yang kuat, lalu ditarik kearah depan Melalui belakang telinga. 
  • Pada batas rambut yang disilangkan tadi rambut disorong ke depan dengan hati-hati sehingga mengembang. Kemudian dijepit sampai rapi dan tetap tegak. 
Istilahnya dalam bahasa Bugis disebut “teppo’ jakka” dan dalam bahasa Makassar dikatakan “ni-suakki”.  (pada waktu sekarangini cara tersebut dapat diganti dengan membuat sasakan pada rambut. Dengan demikian pula ar daun waru tidak digunakan lagi).

2. Mengerjakan bagian belakang

  • Rambut dirapikan kearah belakang semuanya, lalu diikat. Dapat menggunakan tali hitam atau sebahagian dari rambut sendiri yang dililitkan agak keras, supaya tidak lepas. Lalu dijepit. Mengikatnya tidak boleh terlalu tinggi atau terlalu rendah. 
  • Rambut yang pendek kini dapat disambung dengan cemara yang tidak terlalu panjang dan tidak terlalu tebal. 
  • Sekarang membuat sanggulnya. 
  • Untuk pengantin selalu digunakan simpolong TETTONG (Bugis) atau simboleng patinRa’ (Makassar), artinya “sanggul yang tegak”. 
Jadi ada 3 macam sanggul, yaitu :
  1. Simpolong ALEPU’ (sanggul tunggal).  Lekukannya menghadap ke depan. Ini untuk golongan rakyat biasa atau menengah. 
  2. Simpolong sade. Bentuknya sama dengan simpolong alepu’, hanya didampingi oleh anak tanduk yang bentuknya lebih kecil dari induk sanggul. 
  3. Simpolong ambe lau’. Simpolong ini memakai anak dan lekukannya menghadap ke belakang. 
Ø Cara membuatnya :

  • Putaran I : arahnya kekanan dengan cara memasukkan telunjuk kanan ke dalam rambut, dan diputar lagi. 
  • Putaran II : arahnya sekarang ke kiri (jadi berlawanan arah) 
  • Pertemuan serat-serat kedua putaran tadi lalu ditegakkan, kemudian diikat dengan pengikat yang telah disiapkan. Ini untuk golongan bangsawan, sedang untuk golongan biasa, sanggul yang telah diputar dibalik lagi kearah depan, sehingga serat-seratnya tidak nampak dari belakang. 
  • Sisa rambut yang masih ada disisir lagi seluruhnya ke arah kiri, lalu dibuatkan lagi simpolong yang lebih kecil dan diletakkan di sebelah kiri dan agak miring ke kiri, sehingga merupakan “anak” dari simpolong yang pertama tadi. Sanggul semacam ini pun adalah untuk golongan bangsawan, sedangkan buat golongan biasa tidak memakai “anak” atau sanggul kecil disampingnya. 
  • Sanggul lalu dirapikan, pengikatnya dapat ditambah, supaya lebih kuat. Rambut yang disilangkan sejak tadi terakhir diikatkan ke sanggul, tetapi rambutnya tidak boleh terlihat, lalu dijepit dengan rapi. 

B. MERIAS WAJAH

Merias wajah pengantin wanita dari Bugis Makassar tidak jauh beda dengan tata rias pengantin dari daerah lain di Indonesia. Semuanya disesuaikan dengan warna kulit dan bentuk wajah dari calon mempelai.

Hanya perlu diberi perhatian khusus pada waktu merias, karena adanya “Dadasa’” yang menghiasi dahi. Kalau tidak hati-hati, minnyak petti akan mengotori wajah dan diperlukan kesabaran serta ketekunan untuk memperbaiki dan membentuk kembali dadasa’ tersebut.

Dadasa’ bugis atau Dadasa’ Makassar ini tidak mutlak lagi diperbaiki oleh masing-masing suku, misalnya Dadasa’ Bugis hanya untuk orang bugis dan Dadasa’ Mangkasara hanya untuk orang Makassar saja. Tetapi kini dapat disesuaikan dengan bentuk wajah dari calon mempelai.

Buat wajah yang bulat sebaiknya menggunakan Dadasa’ Mangkasara, sedangkan untuk wajah yang lonjong/lancip sebaiknya menggunakan dadasa’ bugisi’.
Ulangi : Wajah bulat ; Dadasa’ Mangkasara
Wajah lonjong; Dadasa’ bugisi’

C. MENGENAKAN KOSTUM.

Terdiri dari :
1. Baju bodo
2. Sarung lipa antallasa / lipa’ sampu’.



Baju Bodo koleksi Museum Balla Lompoa                     Baju Bodo Modifikasi

Baju bodo :

Terbuat dari sutera dan dua lapis/susun. Diberi pinggir yang disebut “rante waju” dan ditaburi dengan tabut-tabur atau “pacceppa”.

Sarung : terdiri dari 2 macam
a. lipa antallasa
b. lipa sampu’

lipa antallasa terbuat dari bahan lame (dahulu kala ditenun dengan benang emas atau benang perak).
Lipa sampu’ terbuat dari bahan tipis dan bersusun dua. Didalamnya dipakaikan celana yang bernama “sabeing”.
Orang Makassar menyebutnya “tope ilalang”


Warna baju :
a. Warna hijau dipakai untuk mappaccing / korongtigi
b. Warna merah dipakai untuk Akad Nikah (Makassar).

Buat pengantin Bugis tergantung dari stratifikasi sosial mempelai wanita.

Cara mengenakan kostum :
1. Mengenakan sarung :

Setelah memakai pakaian dalam seperti long-torso dan celana sabeing / tope ilalang, maka pertama-tama akan dipakai sarungnya. 

Biasanya diletakkan dilantai dan ditengah-tengahnya diluangkan. Kemudian dengan mengucap nama Allah, kaki kanan dilangkahkan lebih dahulu kedalam sarung, alu menusul kaki kiri. Barulah sarung dinaikkan sampai ke pinggang untuk diikat. 

Sarung dikerut agak banyak pada bagian belakang, sedang pada bahagian depan hanya sekedar untuk bisa bergerak dengan leluasa, lalu diikat dengan tali biasa dulu. 

Setelah rapi kerutannya, kini kelebihan sarung dilipat sampai dipinggang dan ditarik ke belakang. Sekarang kelebihan sarung diputar seperti membuat simpolong tettong, lalu diberi peniti, supaya tidak lepas. 

Kini “simpolong tettong” ini dililit dengan sebuah ikat pinggang khusus. Iktan sarung seperti ini disebut “SIO’ BANRI” dalam bahasa bugis atau “SIKKO’ BANRI” dalam bahasa Makassar. 

2. Mengenakan baju

Mengenakan baju bodo pengantin tidaklah sukar. Seperti halnya dengan mengenakan sarung, juga dalam mengenakan baju terlebih dahulu tangan kanan yang dimasukkan, baru kemudian tangan kiri (tradisi yang mengharapkan kebaikan).

Setelah baju dipeniti pada pada bahagian dengan sampai ke dada, kini bahagian belakang baju dimasukkan/dikaitkan ke belakang Sio’banri, lalu dirapikan.

ASSESORIS PENGANTIN BUGIS-MAKASSAR

ASSEsoris pengantin WANITA Terdiri : 


A. HIASAN/ORNAMENT Pada Kepala:

1. Pattenre Jakka/Jangka Sua’ atau semacam mahkota (bando) 




Pattenre Jakka adalah Penindis rambut yang sudah disisir atau disasak 
Baik di daerah luwu, maupun di daerah Gowa ornament ini dahulu tidak dipergunakan. Tetapi di daerah Bugis lainnya, ketika model sisirannya memerlukan alat untuk menekan “teppo’ jakkanya”, supaya sua’nya tidak mengempes dan tetap berdiri, maka digunakanlah Pattenre / Patteppo jakka ini. 

2. Pinang Goyang atau Sondoro Borong 



Pada simpolong besar diberi Sondoro Borong atau pinang goyang sebanyak  9 sampai 11 biji (ganjil).


3. Kutu-kutu

Pada bagian kepala dihiasi dengan kutu-kutu atau kuncup-kuncup melati disusun atas rambut yang sudah disasak didepan bando/teppo jakka atau jangka sua’ tadi.

Di daerah luwu dahulu kala digunakan kutu-kutu yang terbuat dari emas dalam bentuk binatang-binatang (kutu dsb.). sekarang juga telah diganti dengan kuncup-kuncup melati, tetapi di selang-seling dengan melati yang sudah mekar.

4. bunga sibali .

Diatas simpolong yang kecil diberi bunga sibali artinya bunga yang berpasangan, yaitu terdiri dari Bunga Eka dan Bunga Bo’jolo’.

Disamping kiri dan kanan kedua simpolong ini diberi lagi BUNGA SIMPOLONG.

5. Bunga Simpolong

Pengantin Makassar dari Gowa menggunakan Bunga Simpolong yang terbuat dari kain satin yang digubah sendiri. Sedang pengantin dari Bugis (Luwu) khusus buat puteri Bangsawan memakai kembang hidup yang bernama Bunga Didi.

6. Bunga Didi 

Bunga didi dari Luwu tumbuh di tepi sungai dan sukar sekali diperoleh. Itulah sebabnya maka bunga ini punya makna tersendiri yang tersimpul dalam ungkapan orang-orang luwu yang mengatakan :

“ Bunga didi wiri’ solo’ ….
Masuli masagala ….
Pattabbakka-engngi …. ! “
Artinya :
Kembang kuning ditepi sungai, mahal harganya dan jarang dijumpai, yang dapat membuatnya mekar …. !

Ungkapan ini mengandung pengertian, bahwa dahulu kala sangat sukar untuk menyunting atau memetik seorang puteri bangsawan.

7. BANGKARA atau anting-anting yang panjang



Di telinga dikenakan sepasang BANGKARA atau anting-anting yang panjang.

Motif yang digunakan pada anting-anting adalah pengembangan dari motif flora. Dan bentuknya disedsuaikan dengan bentuk hiasan yang ada di kepala . 

8. Pattongko dadasa Bunting adalah Hiasan dadasa Pengantin


Pattongko dadasa Bunting adalah Hiasan dadasa Pengantin



B. HIASAN/ORNAMENT Pada tangan / lengan :

Gelangnya terdiri dari dua macam :

1. Sepasang BOSSA (untuk Golongan Bangsawan)



Kemudian diberi Patteppo, artinya pengapit yang mengapit Bossa atau Kolara. Patteppo terdiri dari gelang-gelang yang bernama LOLA’ rate dan lola’ rawa atau Gelang Pengapit diatas dan di bawah.

Bossa



2. Tigerro Tedong (Bugis) atau Karro-karro tedong (Makassar)


Tigerro Tedong (Bugis) atau Karro-karro tedong (Makassar)adalah Sepasang Kalaru (untuk Golongan Biasa) 

Kalaru sering juga disebut Tigerro Tedong (Bugis) atau Karro-karro tedong (Makassar). Buat pengantin golongan biasa tidak memakai patteppo sama sekali. 


3. SIMATAYYA



SIMATAYYA atau JIMA’-JIMA diletakkan pada lengan baju. Dahulu, sima; atau jima’-jima’ ini mempunyai fungsi sebagai zimat untuk penolak bala.

Dalam mengenakan sima’ ini tidak boleh terlalu tinggi letaknya, tetapi harus berada sedikit diatas siku. Kalau letaknya terlalu tinggi, maka akan memberi kesan bahwa si pemakai hendak pergi berkelahi.

C. HIASAN/ORNAMENT Pada Badan / Dada :

1. GENO MA’BULE / GENO KIANE (Bugis) atau TOKENG (Makassar)



GENO MA’BULE / GENO KIANE (Bugis) atau TOKENG (Makassar) adalah kalung panjang dengan berbagai macam motif. Biasanya memakai dua macam (dua untai) secara bersusun.

2. GENO SIBATU / GENO CUMPU atau kalung sebiji.


3. MASTURA



Mastura atau kalung yang melekat pada leher. Dahulu kalung ini khusus untuk pengantin dari Luwu. Tetapi pada saat ini kalung tersebut dapat dipakai oleh pengantin yang berleher jenjang.

4. KOTE/Kolara
Kote atau kalung manik-manik panjang (khusus Gowa) yang dililitkan pada leher 2 atau 3 kali.

5. KAWARI / SAMBANG dipakai dibawah baju, tetapi kawarinya tetap kelihatan bersama “Kepala” sulepe tau ikat pinggang. Sedang dari depan kawari ini pun nampak dari balik baju.


6. PAMONIANG bersama SELENDANG diletakkan pada bahu kiri (sebelum akad nikah).
Kemudian setelah akad nikah dipindahkan ke bahu kanan. 

Pamoniang dahulu kala berfiungsi sebagai tempat alat kosmetik. Seperti gincu (lipstick), bedak dan minyak wangi. Itulah sebabnya maka Pamoniang terdiri dari 3 macam ornament dalam bentuk yang berlainan. 

Dahulu kala pamoniang ini diletakkan dibelakang dan ujung selendangnya terurai di depan yang sampai sekarang masih dipakai oleh pengantin dari daerah Luwu, tetapi di daerah-daerah lain ujung selendang berada di belakang, sedang pamoniangnya bergantungan di depan. 

7. CINCIN yang dipakai oleh pengantin dari golongan bangsawan, khusus dari daerah Luwu adalah cincin berantai sebanyak 7 biji. Cincin tersebut saling kait mengkait dengan pengertian, bahwa mempelai wanita atau mempelai pria tidak saja saling kait mengkait, tetapi juga harus merupakan kaitan dengan seluruh keluarga kedua belah pihak. 





ASSESORIS PENGANTIN PRIA TERDIRI :

Merias pengantin pria tidaklah sesukar merias pengantin wanita. Calon mempelai pria tidak lazim memakai make-up, sehingga dapat langsung memakai kostumnya 

Kostum pengantin pria terdiri dari : 
  • Jas BELLADADA atau Jas Tutup terbuat dari bahan brokat atau lame. 
  • SARUNG ANTALLASA atau LIPA SAMPU’ sama seperti yang dikenakan oleh mempelai wanita. 
  • CELANA SABEING atau TOPE ILALANG juga sama dengan yang dipakai oleh mempelai wanita. 
  • Warna kostum pengantin pria pun disesuaikan dengan baju yang dikenakan oleh pengantin wanita, sehingga Nampak serasi. 
  • Buat pengantin dari daerah bekas kerajaan Luwu, warna kostum disesuaikan dengan stratifikasi sosial mempelai pria, misalnya 
  • Untuk anak mattola (bangsawan tertinggi) memakai warna baju putih dan sarung putih. Juga menggunakan baju warna ungu dan sarung ungu. 
  • Untuk anak rajeng (setingkat dibawah anak mattola) menggunakan warna baju hijau dan sarung hijau atau warna baju merah dengan sarung warna merah pula. 

HIASAN / ORNAMEN PENGANTIN PRIA Terdiri dari :

A. SIGERRA (Bugis) atau SIGARA’ (Makassar) adalah semacam penutup Kepala yang dihiasi dengan RANTE SIGARA.

Hiasan Sigara terdiri dari :
1. Bunga SARAMPA



Bunga Sarampa yang terurai ke bawah, berada di samping kiri atau kanan Kepala.

2. BUNGA SIBALI atau bunga dari emas

BUNGA SIBALI atau bunga dari emas yang berpasangan, terdiri dari bunga EKA atau bunga BOJOLO.

3. PINANG GOYANG atau kembang goyang beberapa biji












PINANG GOYANG atau kembang goyang beberapa biji (5 sampai 7 biji dan biasanya ganjil jumlahnya)

B. Poto Naga (Bugis) PONTO NAGA (Makassar) atau gelang berbentuk naga

Gelang yang digunakan adalah gelang dengan motif naga dan terbuat dari emas, sehingga gelang ini dinamai gelang ponto naga.



C. RANTE NAGA




D. PASA’TIMPO atau keris yang terbungkus dengan emas

Keris yang dipakai adalah keris dengan kepala dan sarung terbuat dari bahan emas. Keris ini disebut pasattimpo atau tatarapeng.



Diselipkan dibelakang “sio’ banri”.

Sio’ banri untuk mempelai pria letaknya di depan perut agak ke kiri. Jadi tidak

seperti pada mempelai wanita yang letak sio’ banrinya berada dibelakang punggung.

E. PASSAPU atau sapu tangan yang menghiasi keris.


Sapu tangan yang dikenakan adalah sapu tangan dengan hiasan khusus. Sapu tangan ini dinamai passapu ambara

F. MEILI atau ERU’-ERUKANG



MEILI atau ERU’-ERUKANG, yaitu hiasan yang tergantung pada salah satu ujung passapu keris.

Khusus buat pengantin pria dari Luwu, meili’ ini dipasang dibelakang pada ikat pinggang dan dahulu kala berfungsi sebagai penyimpan surat-surat penting (bentuk tabung).

Meili’ dari daerah Gowa hanya berbentuk kepingan persegi 2 buah dan hanya merupakan hiasan saja untuk passapu keris.










Tidak ada komentar:

Posting Komentar